Marilah
kita mantapkan kembali keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Taqwa yang merupakan tujuan dari ibadah puasa yang telah kita laksanakan
pada bulan ramadhan yang lalu, maka pada bulan syawal ini, marilah
nilai ketaqwaan itu senantiasa kita hadirkan dan terus kita jaga dengan
menjalankan keta’atan kepada Allah dengan kontinyu dan senantiasa juga
mampu menahan diri dari larangan Alah.
يا أيها الذين آمنوا اتقو الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadan
sebagi seorang muslim”.
Hadirin Jamaah sholat Jumat yang berbahagia.
Kita
patut bersyukur kepada Allah kerena kita semua telah melewati bulan
suci Ramadhan, bulan mulia yang kita merasakan keberkahannya, penuh
dengan maghfiroh dan rahmat Allah, dalam arti kita telah berhasil
menjalankan perintah Allah dengan penuh ikhlas, kita telah berpuasa dan
memperbanyak ibadah semata-mata hanya karena Allah. Kita patut
pulaberbahagia, karena di samping telah berhasil menabung pahala,
dosa-dosa kitapun yang telah berlalu insya Allah diampuni oleh Allah
SWT. sebagaimana hal ini dijamin oleh Rasulullah saw dalam sabdanya::
من صـــام رمضــان ايمــانا واحتســابا غفـر له ماتقدّم من ذنــبه
Artinya
: "Barang siapa menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan semata-mata
karena Allah dan mengharap ganjaran dari pada-Nya, maka diampunilah
dosa-dosanya yang telah lalu."
Hadirin Sidang Sholat Jumat rahimakullah
Lalu muncul pertanyaan yang patut menjadi renungan kita bersama adalah: Bagaimana kita menyikapi hari-hari kita ke depan, setelah kita kembali kepada fitrah dan kesucian?
Ramadhan
sebagai titik tolak kembali kepada fitrah sejati. Bahwa dari Madrasah
Ramadhan kita bangun komitmen ketaatan bukan hanya untuk satu tahun ke
depan, namun juga kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup seperti
ketaatan selama Ramadhan. Dalam surat An-Nahl 92, Allah berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan
janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya
yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali”.
Ini
merupakan sebuah pelajaran yang sangat mahal. Allah menceritakan kisah
seorang wanita yang hidupnya sia-sia, dari pagi hingga petang ia
memintal benang, ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan
kembali. Sungguh sangat disayangkan perbuatan itu. Ayat itu bukan hanya
mengisyaratkan namun menjelaskan larangan Allah, agar akhlak wanita
tersebut tidak terulang kembali, dan dilakukan oleh hambah-Nya yang
beriman. Oleh sebab itulah Nabi kita Muhammad saw banyak mengingatkan umatnya dengan sabdanya: "Qul aamantu billahi tsummastaqim”
Artinya: “Katakanlah aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah (konsistenlah).
Hadirin yang dimuliakan Allah
Dari
Ramadhan setidaknya kita menjadapat 4 pelajaran penting yang harus
dipertahankan prestasinya dan dilestraikan dalam hidup sehari-hari oleh
setiap pribadi beriman, sehingga menjadi pribadi yang selalu bersih dan
fitri, pribadi yang menjaga diri dan keluarganya dari api neraka
sehingga dengannya pula kelak akan lahir masyarakat yang bersih pula.
Pelajaran Pertama yang dapat kita ambil dari nilai-nilai ramadhan adalah: Menjauhi harta yang haram.
Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk mengambil yang haram.
Marilah kita perhatikan firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Maidah ayat ke-100 :
قُلْ
لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ
الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ (المائدة: 100 )
“Katakanlah,
“Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk
itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang
berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)
Dalam
ayat ini Allah menjelaskan bahwa harta haram itu sebagai al-khobits
atau kotoran yang menjijikan. Artinya seandainya harta haram itu Allah
perlihatkan berupa kotoran niscaya manusia yang berakal tidak akan
mengambilnya. Karena yang khobist itu tidak akan pernah sama dengan
ath-thayyib atau yang halal dan baik sekalipun jumlahnya jauh lebih
sedikit. Karena yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang
thayyib menumbuhkan dan menyebarkan kebaikan. Oleh sebab itu Allah lalu
perintahkan agar bertaqwa: fattaqullah yaa ulil albaab. Artinya
bahwa taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi
harta haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram
seseorang akan sampai kepada level taqwa. Bila masing-masing pribadi
bertaqwa, otomatis rumah tangga akan bersih dari harta haram. Bila rumah
tangga bersih dari harta haram, secara otomatis pula masyarakat akan
bersih dan lebih dari itu Allah akan melimpahkan keberkahan-Nya.
Allah berfirman:
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(الأعراف96)
"Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya. " (QS. Al A’raf: 96)
0 komentar:
Posting Komentar